Minggu, 22 Agustus 2010

HIBIS MAGELANG, PEMBALUT HERBAL DENGAN BIO ENERGY: Menopause, Gejala Multisistem Organ

HIBIS MAGELANG, PEMBALUT HERBAL DENGAN BIO ENERGY: Menopause, Gejala Multisistem Organ

Menopause, Gejala Multisistem Organ

Ketika terjadi perubahan fisiologis selama menopause, akan terjadi pula perubahan pola respon gonadotropin. Wanita pun akan mengalami fase klimakterium, fase yang tidak stabil.
Tua-tua keladi, makin tua makin jadi, demikian irama peribahasa yang kondang di Indonesia. Seorang anak yang lugu, kecil, sering sakit, lama-kelamaan akan tumbuh juga menjadi manusia dewasa yang tampan, sehat, dan mapan. Setelah itu, sudah fitrahnya bagi manusia untuk terus tumbuh dan akhirnya menjadi tua renta, tidak dapat dilawan. Salah satu proses penuaan yang penting baik bagi kaum adam dan hawa ialah menopause, penurunan fungsi sistem reproduksi manusia. Terlebih lagi bagi kaum perempuan, proses penuaan merupakan isu yang selalu hangat untuk dibahas, para wanita memang haus akan keindahan. Artikel ini akan lebih memfokuskan menopause pada wanita, tanda dan gejala seiring menopause, serta penanganannya.
Prof. dr. Ichramsyah Rahman, Sp.OG(K), dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI, RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, menegaskan bahwa meskipun masih banyak kontroversi, pemberian terapi sulih hormon (Hormonal Replacement Therapy) masih merupakan metode ‘koreksi’ untuk para lansia yang telah mengalami menopause. Hormon tambahan ini terbukti mampu mencegah terjadinya tanda dan gejala penyakit yang menyertai menopause, selain efeknya juga mampu membuat para ibu lansia dapat tetap tampil muda. Kontroversi penggunaan terapi ini ialah efeknya yang karsinogenik, memicu tumbuhnya kanker payudara.

Pengertian menopause
Menopause pada wanita merupakan bagian universal dan ireversibel dari keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem reproduksi, dengan hasil akhir seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi. Seorang wanita dikatakan menopause minimal 12 bulan setelah menstruasinya yang terakhir, ditandai dengan gejala-gejala vasomotor dan urogenital, misalnya kering vagina dan dispareunia. Masa sekitar 12 bulan itu dinamakan klimakterium. Sementara sebelum benar-benar menopause, 5-10 tahun sebelumnya gejala-gejala vasomotor dan mens yang ireguler ini sudah mulai muncul, dinamakan fase perimenopause.
Saat ini, terutama di negara maju, angka harapan hidup sudah semakin tinggi, akibatnya makin banyak wanita yang mengalami menopause. Meski banyak yang berusia lebih dari 75 tahun, usia rata-rata penderita menopause ialah 50-51 tahun. Beberapa faktor juga dapat mempercepat terjadinya menopause, di antaranya merokok, histerektomi, carrier Fragile X, kelainan autoimun, dan dikabarkan juga akibat tinggal di dataran tinggi.
Menopause itu sendiri terjadi secara fisiologis akibatnya hilang atau berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin, yang berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia ketika siklus reproduksi wanita. Selain itu folikel juga mengalami penurunan kualitas dan kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche. Itu sebabnya pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang ireguler. Selain itu iregularitas menstruasi juga terjadi akibat fase folikuler pada fase siklus menstruasi yang juga memendek.
Patofisiologi menopause
Semakin tua, folikel seorang wanita akan makin resisten terhadap stimulasi gonadotropin, akibatnya FSH dan LH di darah akan meningkat. Peningkatan FSH dan LH akan menyebabkan stimulasi stromal terhadap ovarium, yang menyebabkan peningkatan estrone dan penurunan kadar estradiol. Kadar inibin juga menurun drastis karena terjadi feedback negatif dengan peningkatan FSH. Karenanya, menopause dapat dideteksi dengan rendahnya kadar estrogen di peredaran darah. Pada masa ini, terutama pada fase postmenopause, estrogen didapat dari stroma ovarium (bukan dari folikel langsung) dan dari sekresi androstenedion yang diaromatisasi menjadi estrone di sirkulasi perifer. Estrogen yang demikian (estrone) dinamakan estrogen ekstragonadal dan merupakan pemasok utama estrogen pada wanita postmenopause. Aromatisasi androgen menjadi estrogen ini terjadi di jaringan lemak, namun tidak menjamin bahwa wanita yang gemuk akan lebih sedikit mengalami gejala vasomotor.
Secara klinis indikasi menopause dapat dilihat dari kadar FSH darah. Prinsipnya, FSH akan sedikit lebih tinggi daripada LH karena tidak terlalu banyak FSH yang direduksi di ginjal. Meski demikian, kadar FSH yang tinggi —meskipun sudah berusia >40 tahun— masih memiliki risiko untuk hamil, selagi dia belum memasuki fase postmenopause. Karenanya, tak heran masih banyak kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita berusia di atas 40 tahun.
Efek klinis menopause
Ketika terjadi perubahan fisiologis selama menopause, akan terjadi pula perubahan pola respon gonadotropin. Pada saat ini juga akan terjadi sekresi estrogen yang fluktuatif, wanita pun akan mengalami beberapa gejala yang secara keseluruhan disebut fase klimakterium, fase yang tidak stabil. Gejala ini meliputi hot flashes, insomnia, peningkatan berat badan, perubahan suasana hati, mens yang ireguler, mastodinia, serta sakit kepala. Lamanya periode ini berbeda-beda pada setiap orang, gejalanya bisa dimulai sejak perimenopause dan berlanjut hingga 5-10 tahun sesudah menopause. Fluktuasi hormon ini dapat dihentikan dengan pil kontrasepsi oral dan terapi sulih hormon untuk mengurangi gejala klimakterium. Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi folikel pun akan terus menurun dan pada akhirnya sudah tidak ada lagi fluktuasi, hormon sudah tidak diproduksi, maka gejala pun akan berkurang sampai habis masa menopause.
Efek berkurangnya hormon seks dapat dilihat di alat kelamin sejak masa perimenopause. Akibat berkurangnya estrogen, eptiel vagina akan makin merah akibat menipisnya lapisan epitel, pembuluh-pembuluh darah kapiler di bawah permukaan kulit pun akan makin terlihat. Akhirnya, karena epitel vagina menjadi atrofi, kapiler pun tidak lagi memperdarahi epitel, permukaan vagina pun menjadi pucat. Selain itu, rugae-rugae (kerut) vagina akan jauh berkurang yang mengakibatkan permukaannya menjadi licin, akibatnya sering sekali wanita mengeluhkan dispareunia, akhirnya menjadi malas berhubungan seksual, kondisi yang populer disebut ‘frigiditas’ pada wanita paruh baya.
Jauh di dalam rongga pelvis, uterus wanita menopause akan mengecil. Pada pemeriksaan ginekologis dapat dipastikan uterus akan makin sulit terdeteksi pada palpasi. Selain itu, karena produksi hormon sudah jauh berkurang, akhirnya endometriosis dan adenomyosis pun tidak lagi muncul. Wanita yang tadinya sangat tersiksa dengan nyeri panggul, yang umumnya karena endometriosis, akhirnya tidak lagi merasa nyeri.
Ovarium pun akan mengecil dan makin sulit terdeteksi pada palpasi pemeriksaan ginekologis. Lebih jauh lagi, pada wanita yang sudah sangat tua, tonus panggul pun sudah jauh berkurang, sehingga tak jarang terjadi prolaps organ reproduksi atau traktus urinarius. Gejalanya berupa prolapsus uteri dengan tekanan kuat pada vagina, low back pain, serta terdapat pembengkakan pada introitus vagina. Ketika diperiksa, dapat ditemukan sistokel, rektokel, yang dibarengi dengan prolapsus uteri. Infeksi saluran kemih juga lebih mudah terjadi pada wanita menopause karena sering terjadi sistitis atrofik akibat atrofi epitel saluran kelamin.
Selain organ-organ panggul, secara umum kulit pun akan mengalami penurunan elastisitas akibat berkurangnya fungsi kolagen pada jaringan lunak. Tulang-tulang pun akan mengalami penurunan kepadatan mineral (bone density). Payudara pun akan mengalami penurunan kepadatan jaringan lunak dan digantikan dengan jaringan lemak, efek positifnya hal ini akan lebih memudahkan pemeriksaan mammografi.
Hot flashes sering sekali dikeluhkan meski kehadirannya tidak dapat diprediksi dan sering juga timbul sepanjang tahun di masa perimenopause atau postmenopause. Gejala ini sering membuat penderita menjadi malu hingga mengalami gangguan tidur atau gangguan suasana hati. Gejalanya berupa rasa panas dari area umbilikal dan naik menuju ke kepala, diikuti keringan di kepala dan tubuh bagian atas. Dapat juga terjadi gejala kardiovaskular atau neurologis seperti palpitasi, sakit kepala, vertigo, baik dengan atau tanpa rasa panas.
Gejala multisistem organ
Selain gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, terdapat pula isu-isu lain yang sangat populer berkaitan dengan menopause, di antaranya osteoporosis, kanker payudara, serta penyakit jantung koroner (PJK). Keluhan ini menjadi penting ditekankan karena menjadi faktor morbiditas dan mortalitas utama pada wanita menopause.
Berkaitan dengan menopause wanita, penyakit jantung koroner dapat terjadi karena efek protektif kardiovaskular estrogen mendadak berkurang. Estrogen mampu mengurangi kadar LDL dan meningkatkan HDL dalam sirkulasi. Beberapa lembaga, misalnya The Heart and Estrogen/Progestin Replacement (HERS) dan Women Health Initiative (WHI) telah melakukan penelitian memberikan terapi sulih hormon untuk mengurangi insiden PJK pada wanita menopause. Hasilnya, banyak penelitian membuktikan bahwa terapi hormon tidak terlalu efektif sehingga pengobatannya harus ditambah dengan obat-obatan penghancur LDL, misalnya golongan statin. Terapi hormon memberikan efek yang baik pada wanita menopause yang mengalami operasi angioplasti agar tidak terjadi restenosis.
Meski terapi sulih hormon ini terbukti efektif untuk mengurangi beberapa gejala menopause, namun penggunaannya masih menimbulkan kontroversi karena diduga menginduksi terjadinya kanker payudara. Karena banyak penelitian yang mendukung dan menolak penggunaan terapi sulih hormon untuk menopause, maka dapat disimpulkan bahwa setiap individu manusia bersifat unik, termasuk dalam merefleksikan kanker payudara setelah penggunaan hormon. Sampai saat ini, terapi sulih hormon hanya diindikasikan untuk meredakan gejala vasomotor akibat menopause.
Wanita memiliki insiden lebih tinggi untuk terkena penyakit Alzheimer daripada laki-laki, terapi sulih hormon juga terbukti dapat mengurangi risiko terjadinya Alzheimer. Selain itu, gangguan sistem saraf pusat pada wanita menopause ialah seringnya terjadi depresi pada wanita meski sejak fase perimenopause.
Terapi sulih hormon
Sejak awal sering disinggung terapi sulih hormon, alasan utama penggunaannya ialah akibat fluktuasi estrogen akibat menopause dengan gejla vasomotor, risiko kehamilan yang tidak diinginkan, mencegah siklus mens yang tidak teratur, serta menjaga ketahanan tulang.
Penggunaan terapi ini juga harus melalui konseling, terutama kapan pemberian terapi. Misalnya, terapi baru boleh dilakukan setelah wanita dan pasangannya telah disterilisasi. Selain itu perlu pula dipertimbangkan riwayat merokok, pengaruh media massa, budaya, kultur, taraf ekonomi, dan riwayat penyakit keluarga, agar terapi ini berjalan efektif.
Reaksi silang terapi sulih hormon meliputi kembung, mastodynia, perdarahan vagina, dan sakit kepala. Kadang terjadi juga reaksi silang yang tidak jelas, biasanya karena terapi yang tidak kontinu, Hormon ini diberikan secara sistemik, transdermal, atau topikal dengan krim atau tablet vagina. Kontraindikasi terapi ini ialah perdarahan vagina yang tidak terdeteksi, penyakit liver berat, kehamilan, trombosis vena, kanker endometrium dan riwayat kanker payudara. Selain estrogen dapat diberikan pula profestin jika pasien tidak dapat mentoleransi estrogen.
Terdapat pula produk estrogen herbal terutama berbagai tipe fitoestrogen yang didistribusikan luas. Produk fitoestrogen sehari-hari yang diduga memiliki efek yang sama dengan terapi hormon ialah kacang kedelai. Namun, belum ada randomized controlled trial (RCT) yang membuktikan efektifitas fitoestrogen. Wanita yang memiliki riwayat kanker payudara dengan kontraindikasi sulih hormon estrogen juga dapat mengggunakan ramuan ini untuk mengruangi panas dan gejala vasomotor yang timbul.
(farid)

Seperti tercetak di Majalah Farmacia Edisi Juni 2007 , Halaman: 17 (7073 hits)

Jumat, 13 Agustus 2010

10 Penyebab Pendarahan Berat Saat Haid (menorrhagia)

1. Ketidakseimbangan hormon saat remaja atau menjelang masa menopause merupakan penyebab yang terbanyak . Pada saat remaja setelah datangnya haid untuk pertama kalinya, dan beberapa tahun sebelum datangnya menopause, kadar hormon mengalami proses fluktuasi yang bisa berakibat perdarahan berat. Oleh karena itu, seringkali untuk menangani menorrhagia akibat ketidakseimbangan hormon melalui pemberian pil KB atau hormon lain.
2. Tumor fibroid pada rahim. Perlu diketahui bahwa tumor fibroid bersifat tumor jinak dan biasanya terjadi di usia 30an atau 40an tahunan. Hingga kini penyebabnya belum jelas. Beberapa operasi tersedia untuk mengatasi tumor fibroid mulai dari myomectomy, endometrial ablation, uterine artery embalization, dan terapi balon rahim seperti juga hysterectomy. Pengobatan non-operasi menggunakan agonists gonadotropin releasing hormone (GnRH), kontrasepsi oral, hormon androgen, RU486 atau mifepristone salah satu jenis pil aborsi, dan gestrinon. Agonist GnRH adalah obat yang bekerja melawan GnRH pada otak. Sedangkan beberapa perempuan mengaku pengobatan alami lebih efektif. Jika masa menopause muncul, tumor biasanya ukurannya mengecil dan menghilang meski dengan tanpa pengobatan.
3. Polip serviks. Polip berukuran kecil, tumbuh di permukaan mukosa serviks, atau pada saluran endoserviks dan menonjol pada mulut serviks. Penyebabnya belum jelas, namun seringkali akibat infeksi dan dikaitkan dengan respon abnormal terhadap meningkatnya kadar estrogen atau terhalangnya pembuluh darah kecil pada serviks. Sebagian besar perempuan yang menderita polip serviks adalah yang berusia 20 tahun dan telah memiliki anak. Biasanya diobati dengan pengobatan rawat jalan.
4. Polip endometrium. Dia bukan kanker, tumbuh dan menonjol dipermukaan rahim. Penyebab belum jelas, walaupun demikian keberadaannya sering dihubungkan dengan kelebihan kadar estrogen atau beberapa tipe tumor ovarium. Pengobatan dilakukan dengan hysteroscopy dan D&C. Dengan pemeriksaan laboratorium patologi maka akan diketahui status polip, apakah mengarah ke kanker atau tidak.
5. Penyakit Lupus. Lupus adalah peradangan kronis pada beberapa bagian tubuh, khususnya kulit, tulang sendi, darah dan ginjal dan termasuk penyakit autoimun. Para penderita Lupus diyakini mempunyai kecenderungan genetik Lupus. ilmuwan meyakini bahwa faktor lingkungan, infeksi, antibiotik (Sulfa dan Penicillin), sinar UV, stres yang berat, hormon dan obat-obatan memicu munculnya gejala Lupus. Gejala-gejala antar pasien satu dan yang lain bervariasi, pengobatan dilakukan melalui mengindari stres berat hingga pengobatan non-steroid anti peradangan atau NSAIDS, asetaminofen, steroids, antimalarial sytoksik atau obat immunosuppressif, dan antikoagulan.
6. Penyakit Radang Panggul (PRP) adalah infeksi satu atau lebih organ yang berakibat pada rahim, tuba falopi, dan serviks. PRP sering disebabkan oleh infeksi menular seksual. Pengobatan PRP yang dianjurkan yaitu dengan terapi antibiotic.
7. Kanker serviks. Muncul ketika sel-sel pada serviks berkembang abnormal dan jumlahnya tidak terkendali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang sehat. Hampir lebih dari 90% kanker serviks disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV). Pengobatan dapat dilakukan dengan operasi, kemoterapi dan terapi dengan radiasi.
8. Kanker endometrium. Perempuan yang divonis kanker endometrium, umumnya berusia lebih dari 50 tahun, pernah mengalami hyperplasia pada endometrium, atau sering menggunakan terapi penggantian hormon (hormone replacement therapy). Pengobatan pertama dilakukan melalui pengangkatan rahim (hysterectomy), jika memungkinkan dengan kemoterapi atau radiasi.
9. Intrauterine devices (IUD). Perempuan yang menggunakan IUD berisiko mengalami perdarahan saat haid. Bila hal ini terjadi segera ganti IUD dengan metode kontrasepsi yang lain yang sesuai.
10. Gangguan perdarahan. Jika perdarahan yang timbul sulit untuk dihentikan. Jenis paling umum penyebab gangguan perdarahan von Willebrand Disease (VWD)

HIBIS DI MANCA NEGARA

HIBIS di Mancanegara



HIBIS DI MANCANEGARA

Sebelum memproduksi HIBIS Bio Sanitary Napkins untuk Indonesia HAN TIDE BIOMEDICAL CORP. telah memasarkan Produknya secara Konvensional dan BOOMING di lebih dari 24 negara di dunia seperti :


Abu Dhabi







Brazil




India






Iran





Mongolia







Nepal







Puerto Rico





Venezuela